Sabtu, 02 Juli 2011

Nonton Lebaran versi Masyarakat Nangkasawit

PARA penari kuda lumping beraksi ditingkah suara kenong yang bertalu-talu. Salah seorang penari yang memerankan prajurit tampak berjongkok dan menyembah Walikota Soemarmo, HS yang duduk di podium bersama perangkat desa. Sementara penari yang lain dengan tingkahnya yang lucu malah membuat Pak Wali tertawa.
Kedatangan walikota Semarang Kamis (30/6) menjelang sore di Desa Nangkasawit, Kec. Gunungpati, Semarang membuat warga masyarakat merasa terhormat, karena acara "Kirab Pusaka Kyai Bendhe" yang sudah berlangsung sejak 3 tahun ini berlangung meriah.
Mengapa demikian? Karena selama kurang lebih 30 tahun Kyai Bendhe milik Syeh Hasan Munadi diyakini "menghilang" dari baru ditemukan kembali sejak tahun 2008 lalu. "Kini benda pusaka berupa bendhe berdiameter kira-kira 25 senti yang sedang kami kirabkan itu, saya simpan di rumah," kata Suwarsono, ketua panitia yang juga perangkat kelurahan.
Siapa Syeh Hasan Munadi? Dia adalah murid Sunan Bonang (salah satu dari 9 wali) yang dianggap telah berjasa menyebarkan agama Islam di Gunungpati di masa lalu. Syeh Hasan wafat dan dimakamkan  di Desa Nyatnyono, Ungaran, beberapa kilometer kea rah selatan dari Desa Nangkasawit.
"Lebaran"
Dalam sehari penuh, warga Nangkasawit mengisi kegiatannya dari pagi sampai malam. Pagi hari warga tampak berduyun-duyun ke Makam Sentul, yakni sebuah makam tempat peristirahatan terakhir para leluhur Desa Nangkasawit. Pada siang hari, dilakukan pengajian di masjid dan diteruskan dengan kirab yang menempatkan Kyai Bendhe ke dalam sebuah peti berukir.
Kirab Pusaka Kyai Bendhe ini diadakan karena konon dianggap sebagai "Lebarannya" warga Nangkasawit, karena banyak kerabat mereka dari luar kota sengaja kembali ke desa hanya untuk menghormati Kyai Bendhe. Namun lebih dari itu juga terkait dengan semakin dekatnya bulan suci Ramadan.
"Ya, acara ini kami anggap sebagai syukurannya kami akan hasil bumi yang ada di desa kami. Bahkan warga desa sini menganggap acara ini merupakan lebaran, bahkan lebih lebaran dari pada lebaran yang sebenarnya," kata Ny. Didik Budi Utami, salah seorang warga asli Nangkasawit.
Karena menurut aktivis PKK di Nangkasawit ini, banyak kerabat yang ada di luar kota "mudik" ke Nangkasawit. Ini sebagai bukti, kalau acara ini sama sebagai "lebarannya" masyarakat Nangkasawit.
Kyai Bendhe diarak mengelilingi desa yang diawali oleh drumband, pasangan bocah kembar, pasangan dhenok dan kenang, kuda lumping, dan jodhang yang berisi hasil bumi.
Didampingi oleh perangkat Desa Nangkasawit, Walikota Semarang Soemarmo, HS pun ikut menyaksikan ritual ini. "Saya sangat mendukung ritual ini, karena esensi dari acara tradisonal seperti ini adalah disamping kota bersyukur kepada Tuhan, juga sebagai media kerukunan antarumat, jadi menurut saya acara ini perlu dilestarikan," kata Soemarmo, HS pada CyberNews di tengah acara.
(Bambang Isti/CN 25)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/30 Juni 2011

0 komentar:

Posting Komentar