Jumat, 01 Juli 2011

Jumlah Permintaan dan Pemberian

Sebelum meminta sesungguhnya kita telah diberi. Malah dengan jumlah permintaan yang ajukan. Apalagi permintaan kita itu remeh temeh semata. Penting untuk kita tetapi remeh untuk hidup.
Jumlah permintaan kita itu kadang hanya sebatas meminta peningkatan karier, misalnya. Karier pun tidak selalu karena motivasi untuk berprestasi. Misalnya, masuk pegawai negeri bukan selalu berkeinginan untuk mengabdi negara melainkan hanya sekedar berburu pensiun dan mencari makan saja.
Padahal lihatlah faktanya. Tak usah dicari, kebutuhan atas makanan itu telah disediakan sedemikian rupa. Apalagi, makan adalah sesuai. Jikapun sudah ada udara dan air, tetapi ukurannnya tidak sesuai, ia tidak layak untuk hidup. Seluruh alat-alat hidup itu bukan cuma diadakan, tetapi juga disesuaikan. Dan semua ini bukan kebutuhan telah disediakan.
Hidup mengurus kita malah sampai begitu detailnya. Ketika ban motor Anda gembos, ternyata tak jauh dari itu tersedia tukang bambal ban. Meskipun uang Anda mepet, tapi jumlahnya teman lama yang datang memberi bantuan. Di saat kita kebingungan atas sebuah pertanyaan, tiba-tiba sambil nongkrong di toilet melintas sebuah jawaban. Sedemikian lama seseorang heran pada penyakit aneh yang dideritanya. Tetapi tak sengaja, suatu hari ia bertemu  seorang yang mengetahui obatnya. Penyakit yang disebut aneh itu ternyata penyakit sederhana di tangan orang yang paham ilmunya.
Dan semua peristiwa itu sering kita bahasakan sebagai "tak sengaja". Sebagai "kebetulan". Istilah itu benar bagi keterbatasan kita, tetapi tidak tepat bagi kehidupan yang memang menyediakan hukum yang amat rumit tetapi berakurasi tingi. Hukum alam ini disediakan untuk mengurus seluruh cabang urusan dengan kepatuhan yang menakjubkan. Dan itulah sebenar-benarnya hukum karena tak pandang bulu saat harus dijalankan.
Lihatlah selembar daun jatuh. Ia menungu dengan sabar di tangkainya sampai umur mendatanginya. Jika umur sudah tiba, ia menunggu kedatangan angin. Banyak angin, tepat pula arahnya, barulah jauh dia. Sudah jatuh pun ia tak sembarang jatuh. Ia akan terseret arus, tersepak, tersapu untuk menuju tepat terbaiknya. Dan daun jatuh ini tidak pernah akan lupa kewajibannya melebur diri menjadi humus atau apa saja tanpa perlu diawasi seperti mandor mengawasi pekerja.
Kehidupan kita sangat diurus oleh hukum ketersediaan sampai begitu rincinya. Tetapi begitu, kita sering membuat rincian hidup kita sendiri dengan rincian yang keliru  pula. (Prie GS)
(Prie GS/CN33)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/21 Juni 2011

0 komentar:

Posting Komentar